![]() |
ini bukan surat cinta |
Bintanglah yang dapat mendefinisikan itu, sebab kenyataan lain, kemudian hadir dan membantahnya.
Ini bukan surat cinta...
Sekedar membuka sebuah hati, yang mungkin sesaat lagi akan karam oleh gelombang lara, sebab di hati yang lain, keikhlasan begitu sulit kutemukan.
Aku tidak menilaimu, sebab siapapun aku takkan pernah sanggup menilaimu.
Auramu terlalu tinggi bagiku, hingga aku merasa semakin tak punya arti, bila harus bersitatap denganmu.
Ini bukan surat cinta...
Ia hanya sebuah pelabuhan asa untuk mengantarku padamu, yang semakin kian jauh untuk kurengkuh.
Tersadar bahwa semua berangkat dari adaku yang tak bernilai untuk menggandengmu pada harapan-harapan.
Aku juga tidak tahu, apakah ini akan punya arti apa-apa setelah ada padamu, tapi kurasakan aku masih memiliki harapan dan aku sanggup melakukannya....
Namun pun, hati ini tidak akan menuntut apa-apa, sebab semua bukan berangkat dari sana, tetapi sebuah penghargaan terhadap satu sikap, entah siapa yang akan menjadi pilihan, aku...ataukah engkau.....
Aku tahu semua pasti berhikmah, meski tidak bisa meraba hari esok, aku pasti memilih.
Ini bukan surat cinta........
Bukan pula kukirim untuk menggugah hatimu, tetapi untuk sekedar kau tau, saat-saat laraku mendera, kepada langit t’lah kuadukan semua dan tak kutemui selaksa harapan, yang kemudian bisa kembali mengantarku padamu.
Meski kau tak pernah memikirkannya, janganlah pernah risau akan datangku, sebab ini hanya sekedar menyapa, bersama bahagiamu hari ini.....
Aku datang bukan juga untuk mengais belas kasihmu, TIDAK.......sebab aku sangat menghargai sikapmu, atas keputusanmu yang begitu jernih.
Aku tak lagi mempercayai angin yang menyapaku,
Aku tak peduli terhadap gelombang yang menggulungku,
Tetapi aku meyakini hatiku, bila pada akhirnya akupun harus memilih.....
Sebab-sebab antara kenyataan dan harapan-harapanku, semua telah terpatri jelas di langit-langit jiwa, dan aku tau engkau ada di sana, meski aku tak sanggup lagi memanggilmu, sebab keterbatasan-keterbatasan ini.
Ini bukan surat cinta....
Tetapi adalah rangkaian deraan sunyi tak bertepi, pada hati yang gundah oleh ketidakpastian memiliki harapan-harapanku, hingga berujung pada sebuah kenyataan, yang memaksaku untuk selalu tertawa, dan berkata......inilah kehidupan...
Mugkin kau takkan pernah lagi melihat, betapa harapanku selalu terurai, sebab tatapan itu mungkin saja telah beku oleh keterbatasan yang kumiliki.
Kini, di sini hanya ada kesia-siaan yang tersadari, tetapi tak mampu aku urai untuk tidak kepadamu...padahal aku sadari....bahkan sangat aku sadari, kau tiada akan pernah bisa mengemban amanah hatiku..
Aku kalah, karna tak mampu menembus hatimu, tetapi aku bangga bisa memiliki persaan ini.
Maafkan aku...maafkan aku yang tak bisa mengalah pada kenyataan ini, sebab meski sangat egois bagi aku yang lemah, ini adalah sebuah kemenangan atas kepemilikanku...bagi rasaku...pada hatimu...
Ini bukan surat cinta....
Tetapi adalah altar dimana aku letakkan hatiku mengering, untuk kau tau, meski tak perlu lagi kau memahaminya, sebab semuanya telah berjalan sendiri dan memilih jalannya sendiri....
Seperti engkau yang mungkin tengah tertawa di altar pilihanmu, untuk harapan-harapanmu yang tidak aku jangkau, walau hanya sekedar memikirkannya..
Aku mengharapkanmu dengan segenap kesederhanaan jiwa, dan ternyata aku tak mampu menyelami mimpi-mipimu, sebab kenyataan dan kebersamaan yang pernah kita miliki memang sangat rentan dan tidak kokoh...
Ini bukan surat cinta....
Tetapi adalah merpati hati yang resah oleh mendung di langit jiwa, yang tak kunjung memberi batas pada dahaga harapan hatiku,
Adalah kabut yang menyelimuti jiwaku, dan gersang di pelapangan hatiku,
Adalah harapanku yang kelam atas dirimu,
Hanyalah desah nafas panjang yang berat, berharap dapat mengusir segala kemelut itu.
Ini adalah surat cinta....
Yang aku kirim lewat angin, sekedar ingin menyapa bintang pada langit malam, bahwa di sini ada sepi yang risau menanti fajar segera menyingsing, untuk mempertemukanku dengan matahari...
Inilah surat cinta....
Yang kutuliskan dengan segenap rasaku, untuk mengantar hatiku yang selalu mendamba, menanti senyum ikhlasmu, namun hari ini, entahlah.....
Inilah surat cintaku....
Yang kukirim di sela-sela temaram, saat kuintip wajahmu memerah tengadah dengan seribu bintang, bahwa hari ini, tak ada risau....tak ada gundah...selalu ada senyum,...dan aku, tak akan gagap dan sendau untuk mengucap....selamat....bahagialah selalu, di altar pilihanmu...
Salam,